Selasa, 30 Agustus 2016

Gereja Katolik



GEREJA KATOLIK





Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atasGereja Latin dan 23 Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi".

Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain.Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."
  
Riwayat penggunaan kata "katolik" dalam Gereja

Ignatius dari Antiokhia
Sepucuk surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Symrna  sekitar tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja Katolik (Surat kepada jemaat di Symrna 8). Gereja Katolik digunakan Ignatius untuk menyebut Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus). Kaum bidaah tertentu pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan
jasmaniah yang benar-benar menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata bahwa "dia hanya tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada jemaat di Smyrna, 2), bukanlah umat Kristiani sejati dalam pandangan Ignatius. Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran Polikarpus pada 155, dan dalamKanon Muratori, sekitar 177.

St. Sirilus dari Yerusalem
St. Sirilus dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang menerima bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam kota-kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte profan lainnya juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah Tuhan), jangan juga hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di manakah Gereja Katolik. Karena inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini, bunda kita semua, yang adalah mempelai dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26). 

Theodosius I
Istilah Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala Theodosius, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut bagi para penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh Rasul Petrus yang suci, karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang kuat dan yang kini dianut oleh Pontif (Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain, karena menurut penilaian kami mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan bahwa mereka harus ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh menyebut tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27 Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Kodeks Thodesinous. Undang-undang ini mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.

Agustinus dari Hippo
Penggunaan istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari kelompok-kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:

"Dalam Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada dalam rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan dalam Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan oleh pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para imam membuat saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang kepadanya Tuhan, sesudah kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan domba-dombaNya (Jn 21:15-19), turun sampai para uskup yang ada sekarang.

"Dan begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di tengah-tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga, sekalipun semua kaum bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada orang asing yang bertanya di manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun bidaah yang sanggup menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.

"Sebanyak itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki nama Kristiani itu yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik, sebagaimana yang seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk memikat atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat pada agama Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik."

— St. Augustinus (354–430): Melawan Epistola kaum Manikeus yang disebut Fundamental, bab 4: Bukti-bukti iman Katolik.

Sejarah singkat gereja Katolik Roma

Awalnya, umat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima patriarkat, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel , dan Roma .Uskup Roma dikenal oleh 5 patriarkat sebagai "yang pertama" (protos), permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja.
Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:
  • Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat  Konsili Efesus (431), yang menyatakan status Perawan Maria sebagai Thetokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Timur Asiria.
  • Perpecahan berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon ( 451). Konsili ini menolak Monofisit. Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks.
  • Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad11. Masalah perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea- Konstantinopel . Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". Inggris, Perancis , Roma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan Yunani,Rusia,Suriah,Mesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat.
  • Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya Reformasi Protestan yang dipicu oleh Martin Luther melalui 95 Dalilnya.
  • Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak. Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.
Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur dan Komuni Anglikan yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Ritus Timur atau Gereja Katolik Timur dari Gereja-gereja Timur. Selain itu ada beberapa Gereja Anglikan yang disebut Komuni Anglikan Tradisional, dipimpin oleh seorang primat yaitu uskup agung John Hepworth dari Australia, dan diawasi oleh Kongergasi Doktrin Iman Gereja Katolik yang dipimpin oleh Kardinal levada

Sejarah Gereja Katolik di Indonesia

Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orangMaluku, Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Saverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.

Era VOC

Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenidge Oostindische Compagnie (VOC) di Indonesia tahun 1619-1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia, Gereja Katolik dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestan dari Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu, seperti yang terjadi dengan komunitas-komunitas Katolik di Ambonia.
Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan VOC. Pada 1624, Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. karena mengajar agama dan merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit, Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di bawah tiang gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A. de Rhodes diusir (1646).
Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat Jesus dan meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Prancis dan Britania Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang Belanda terbagi, ada yang memihak Perancis dan sebagian lagi memihak Britania, sampai negeri Belanda kehilangan kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte  mengangkat adiknya, Lodewijk, atau Louis Napoleon seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799VOC bangkrut dan dinyatakan bubar.

Era Hindia Belanda

Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia.
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan pemerintah Hindia
Belanda.Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.

Van Lith

Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 178 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di antara dua batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.
Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool pada tahun 1900 dan Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1904. Pada tahun 1918 sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu Yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi pertama dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928, yaitu Romo F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata,SJ.

Era Perjuangan Kemerdekaan

Albertus Soegijapranata menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940.
Tanggal 20 Desember 1985 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II.Romo Sandjaja dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Mgr. Soegijapranata bersama Uskup Willekens SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.
Banyak di antara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti Adisucipto, Agustinus (1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945) dan Yos Sudarso (1961).

Era Kemerdekaan

Kardinal pertama di Indonesia adalah Yustinus Kardinal Djuwono diangkat pada tanggal 19 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).Pausberkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta,Medan (Sumatera Utara),Yogyakarta

IMAN KATOLIK DALAM GEREJA KATOLIK

gambara
Misi dari Iman katolik sebagai media informasi lewat dunia maya, untuk pengenalan awal bagi mereka yang merasa terpanggil (bdk Yoh 15:16) untuk mengenal lebih dekat akan ajaran Yesus Kristus dalam Gereja Katolik, sebagai langkah awal mengenal kepenuhan keselamatan yang hanya terdapat dalam Gereja Katolik, serta sebagai sarana berkatekese bagi para awam dalam mewujudkan komunitasumat basis secara konkret dalam masyarakat.

ORDO KEAGAMAAN KATOLIK

Tarekat, ordo atau kongregasi dalam agama Katolik adalah kelompok komunitas sosial khusus dalam Gereja Katolik Roma. Anggota-anggotanya terdiri dari kaum religius yang mengikrarkan kaul: kemiskinan, selibat, dan ketaatan. Mereka hidup dalam komunitas sosial sesuai dengan tata-cara dan konstitusi masing-masing kongregasi, yang telah disetujui oleh otoritas Gereja Katolik. Selain itu ada juga institusi sekuler (kaum awam) yang memiliki kongregasi yang terpisah.

Sasaran yang ingin dicapai maupun cara-cara untuk mencapainya dari masing-masing kongregasi, dinyatakan dalam peraturan dan konstitusi masing-masing kongregasi yang bersangkutan. Suatu kongregasi religius lokal yang berada dalam batas-batas suatu keuskupan, peraturan dan konstitusinya cukup disetujui oleh uskup setempat. Kongregasi-kongregasi yang tersebar di berbagai keuskupan atau bersifat multinasional, peraturan dan konstitusinya memerlukan persetujuan oleh Tahta Suci. Yurisdiksi umum atas segenap kongregasi religius berada di tangan Kongregasi bagi Institut Kaum Religius dan Komunitas Apostolik, yaitu salah satu wadah organisasi di Vatikan. Undang-undang umum menyangkut kongregasi religius tercantum dalam Kanon nomor 573 sampai dengan 709 dalam Buku 2, Bagian 3, dari Kitab Hukum (Kanon) Gereja.

Semua institusi kaum selibat disebut sebagai tarekat/ordo religius meskipun pada kenyataannya ada perbedaan-perbedaan antara ordo dan kongregasi. Tarekat/ordo yang paling dikenal termasuk diantaranya: Benediktin, Trapis, Fransiskan, Dominikan, Karmelit, Agustinian, semuanya bagi laki-laki. Sedangkan untuk yang wanita adalah: Karmelit, Benediktin, Klara Miskin, Dominikan Sekunder, dan Biarawati-biarawati Visitasi. Tarekat-tarekat lebih tua umurnya daripada kongregasi. Kongregasi baru muncul pada abad ke-16.

Institusi kontemplatif ditujukan bagi ibadah dan pelayanan Ilahi di dalam lingkup komunitas mereka masing-masing. Hal ini dicapai melalui doa-doa, praktek penitensi, dan macam-macam aktivitas spiritual dan kegiatan mandiri lainnya. Di Indonesia mereka disebut sebagai kaum rubiah. Contoh kaum rubiah ini misalnya: kaum Trapis dan Kartusian, Karmelit dan Klara Miskin.
Institusi aktif ditujukan bagi pelayanan pastoral dan berbagai karya apostolik. Institusi campuran menggabungkan unsur kontemplatif dan aktivitas sosial. Meskipun pada umumnya institusi baik pria maupun wanita dapat digolongkan sebagai aktif, semuanya memiliki aspek-aspek kontemplatif.
Komunitas-komunitas klergi yang seluruh anggotanya pria, adalah mereka yang para anggotanya umumnya adalah para imam. Sedangkan institusi-institusi non-klergi maupun awam terdiri dari para bruder.

“Hidup Selibat dan Perannya dalam Gereja dan Dunia” adalah topik dari sidang Sinode para Uskup yang ke sembilan yang berlangsung antara 2 sampai 29 Oktober 1994.
Beberapa dari institusi yang tercantum dibawah ini memiliki status khusus karena anggota-anggotanya, meskipun hidup seperti layaknya kaum religius, tidak menyatakan kaul religius. Contoh-contohnya antara lain: Bapa Maryknoll, Oratorian Santo Philip Neri, kaum Paulus dan Sulpisian. Mereka disebut komunitas kaum apostolik dan diatur dalam Kanon nomor 731 sampai 746 dalam Hukum Kanon Gereja.


 
KEWAJIBAN ORANG KATOLIK

Lima Perintah Gereja* adalah kewajiban dasar seorang Katolik yang taat, yaitu:
1. Rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.
2. kutlah Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
3.Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan.
4.Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.
5.Sambutlah Tubuh Tuhan pada masa Paskah.

Itulah kewajiban “minimum” seorang Katolik. Tidak seorang pun diharapkan menjadi seorang yang “minimum”. Oleh karena itu, berjuanglah semaksimal mungkin untuk menjadi seorang Katolik yang terbaik.

APA ISTIMEWANYA MENJADI SEORANG KATOLIK?
 
Kadang-kadang membingungkan. Semua orang yang percaya kepada Yesus disebut orang Kristen. Jadi, mungkin juga tidak ada bedanya kamu pergi ke gereja yang mana. Lalu, apa istimewanya menjadi seorang Katolik? Mengapa kamu mau menjadi seorang Katolik? Mari kita temukan jawabnya.

K : Kristus sendiri yang mendirikan Gereja. Sebagai gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus, Gereja Katolik telah berumur lebih dari 2000 tahun (usianya lebih panjang dari Gereja Kristen mana pun!).
A : Apostolik. Hidup Yesus sendiri diberikan kepada kita melalui sakramen-sakramen, ajaran-ajaran Gereja dan melalui pewartaan-pewartaan yang disampaikan oleh para biarawan, biarawati maupun kaum awam.
T : Tujuh Sakramen diwariskan oleh Yesus kepada Gereja.
O : Roh Kudus telah dikaruniakan oleh Yesus yang Mahapengasih kepada kita untuk membimbing kita masing-masing agar kita dengan segenap hati hidup seturut teladan Yesus.
L : Lestari. Gereja Katolik telah menerima janji Roh Kudus bahwa Ia akan senantiasa memeliharanya dalam kebenaran.
I : “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu.” Dalam Gereja Katolik, Hosti selalu ditahtakan dalam Tabernakel, artinya Yesus senantiasa hadir dalam gereja kita. Kita dapat pergi dan berdoa kepada-Nya kapan saja kita mau.
K : Kristus bekerja melalui Gereja bagi keselamatan seluruh umat manusia karena Ia mengasihi semua orang.
Di atas itu adalah tujuh alasan penting mengapa kita memilih menjadi seorang Katolik.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Aurelia Christabella Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang